Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus berinteraksi dengan sesama manusia lain dan lingkungan seki...
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus berinteraksi dengan sesama manusia lain dan lingkungan sekitar. Dalam interaksi ini kerap kali terjadi perbedaan faham yang mengakibatkan percekcocakan bahkan sampai tahap saling membenci. Tentunya benci adalah sifat yang dilarang baik secara norma maupun agama. Mengingat pentingnya saling memaafkan, kita bahkan dianjurkan untuk memnta maaf terlebih dahulu meskipun tidak bersalah. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengungkapkan permintaan maaf. Lalu bagaimana dengan orang Jepang, apa kah mereka punya cara yang khas untuk meminta maaf?
Sebenarnya cara meminta maaf orang Jepang sama saja dengan kita, hanya saja jika kesalahannya dirasa terlalu besar, mereka akan mengguanakan cara yang berbeda dan hanya bisa ditemukan di negeri sakura ini. Ya dogeza (土下座) adalah cara memnta maaf orang Jepang dengan cara menempelkan kepala dilantai (bersujud) di depan orang yang dimintai maaf sebagai bentuk permintaan maaf karena merasa kesalahan yang dilakukan teramat besar.
Inti dari dogeza adalah penghormatan yang dilakukan ketika melakukan perbuatan yang sangat jauh menyimpang dari norma dan budaya yang telah ada. Hal ini dilakukan sebagai wujud penyesalan dan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada orang lain dan berharap ia akan memaafkan kesalahan yang telah dilakukan.
Pada zaman dahulu dogeza dilakukan sebagai penghormatan kepada daimyo (pemimpin) oleh para bawahan. Ketika bertemu dengan sang pemimpin para bawahan akan melakukan dogeza sebagai bentuk penghormatan. Bahkan ketika seorang daimyo berjalan di luar istana, semua penduduk diwajibkan untuk melakukan dogeza. Jadi, pada zaman dahulu dogeza lebih cenderung sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang memiliki strata sosial yang tinggi. Tapi saat ini hal tersebut sangat jarang dilakukan, dan umumnya hanya dipakai saat meminta maaf saja.
Sebagian orang tentu akan malu melakukan dogeza ini, tapi ada yang terpaksa melakukannya demi memperbaiki citra mereka di mata orang lain. Menurut saya orang yang berani melakukan dogeza ini patut diapresiasi mengingat tantangan yang harus di lalui baik itu rasa malu, harga, diri dan yang lainnya demi mendapatkan permohonan maaf. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk menghina mereka yang telah berani melakukan dogeza karena belum tentu kita berani melakukannya. Berani mencoba?
Sumber : J-Cul dan beberapa sumber lain
COMMENTS