Di Indonesia, pawang hujan sudah sangat terkenal. Pawang hujan adalah orang yang dipercaya dapat menangkal datangnya hujan sehingga cuaca t...
Di Indonesia, pawang hujan sudah sangat terkenal. Pawang hujan adalah orang yang dipercaya dapat menangkal datangnya hujan sehingga cuaca tetap cerah. Penggelut pekerjaan ini cukup banyak, meski begitu banyak pihak yang meragukan kemampuan mereka. Ternyata di Jepang juga ada pawang hujan, tapi bukan manusia melainkan sebuah boneka yanng berwarna putih yang dipercaya oleh masyarakat Jepang dapat menangkal datangnya hujan. Boneka itu dikenal dengan nama Teru-Teru Bozu (てるてる坊主).
Teru-teru bozu adalah boneka khas Jepang yang yang terbuat dari kain atau kertas putih, biasanya di gantung di tepi jendela dengan menggunakan benang. Boneka ini sangat terkenal terutama pada Zaman Edo, yang mana anak-anak membuat boneka ini dengan harapan cuaca tetap cerah. Hingga saat ini kebiasaan tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Jepang terutama saat akan mengadakan acara pernikahan, piknik dan yang lainnya. Mereka akan menggantung boneka ini dengan harapan cuaca hari itu tetap cerah. Umumnya masyarakat menggantung boneka ini pada bulan September. Pada bulan ini terjadi peralihan antara musim panas ke musim gugur yang biasanya diikuti oleh cuaca ekstrim. Dalam budaya Jepang angka sembilan disebut "ku" yang dekat dengan kata "kuurushi" yang artinya sengsara. Oleh karena itu, masyarakat Jepang berharap bulan September dapat berlalu dengan cepat. Jadi pada bulan September kita dapat melihat banyak boneka teru-teru bozu yang tergantung di jendela rumah-rumah warga.
Ada beberapa mitos yang mendasari munculnya boneka ini. Namun, ada 2 mitos yang paling terkenal. Berikut ini dua mitos tersebut.
- Teru-teru bozu merupakan kepala seorang biksu. Ada kepercayaan bahwa teru-teru bozu merupakan kepala seorang biksu. Pada zaman dahulu ada seorang biksu yang dipercaya dapat mendatangkan cuaca yang cerah. Suatu hari, dia diminta oleh seorang raja untuk membuat cuaca menjadi cerah, namun sang biksu tidak berhasil melakukannya. Karena kegagalannya, sang raja marah dan memerintahkan agar sang biksu dihukum mati dengan cara dipenggal, kemudian kepalanya di bungkus dengan kain putih dan di gantung diluar dengan harapan cuaca menjadi cerah. Kata bozu pada nama boneka ini bukan mengacu pada nama seseorang melainkan pada kepala biksu yang botak (dalam bahasa Jepang "bozu" artinya botak).
- Teru-teru bozu merupakan seorang gadis pembawa sapu. Menurut Asosiasi Cuaca jepang, teru-teru bozu menyebar ke Jepang pada Zaman Heian dari negeri Cina. Dikisahkan bahwa ada sebuah daerah yang mana turun hujan yang diikuti suara langit yang memekikkan telinga seolah memberi isyarat akan terjadinya bencana sampai ada seorang gadis cantik muncul diluar untuk dijadikan tumbal agar cuaca cerah kembali. Untuk menyelamatkan warga, maka dikorbankanlah seorang gadis. Sang Gadis ditaruh di luar sambil memegang sapu yang dipercaya dapat menyapu awan sehingga cuaca kembali cerah. Sebagai penghormatan bagi si gadis pemberani, wanita-wanita muda akan membuat boneka menyerupai gadis pemberani itu kemudian menggantunggnya. Seiring perkembangan zaman bentuk boneka yang dibuat berubah seperti yang kita kenal saat ini.
てるてるぼうず,
てるぼうず明日天気にしておくれ
いつかの夢の空のように
晴れたら金の鈴あげよ
てるてるぼうず
てるぼうず明日天気にしておくれ
私の願いを聞いたなら
甘いお酒をたんと飲ましょ
てるてるぼうず
てるぼうず明日天気にしておくれ
もしも曇って泣いてたら
そなたの首をちょんと切るぞ
Artinya:
Teru-teru-bozu,
teru bozu
Buatlah
besok hari yang cerah
Seperti
langit dalam mimpi
Jika
cuacanya cerah, Saya akan memberimu bel emas
Teru-teru-bozu,
teru bozu
Buatlah
besok hari yang cerah
Jika kamu ingin membuatnya menjadi kenyataan
Kami
akan banyak minum sake manis
Teru-teru-bozu,
teru bozu
buat
besok hari yang cerah
Tetapi
jika mendung dan anda menangis (hujan)
Lalu
aku akan memotong putus kepalamu
Dalam lagu tersebut terdapat lirik yang berbunyi "Jika
Anda ingin membuatnya menjadi kenyataan Kami
akan banyak minum sake manis". Artinya jika benar cuaca menjadi cerah, maka boneka akan diberi gambar mata dan diberikan sesajen berupa sake suci yang dituangkan kepada boneka ini kemudian dihanyutkan ke sungai.
Namun, dalam lagu tersebut terdapat juga lirik yang dianggap kurang mendidik untuk anak-anak. Lirik yang di maksud adalah "Tetapi
jika mendung dan anda menangis (hujan),
Lalu
aku akan memotong putus kepalamu". Lirik ini terkesan terlalu sadis karena terdapat kalimat memotong putus kepala yang dianggap kurang baik bagi psikologis anak.
Itulah sejarah singkat dan mitos yang menyertai boneka lucu ini. Tradisi ini masih dijaga dan di laksanakan oleh masyarakat Jepang hingga saat ini ketika mereka mengharapkan cuaca yang cerah. Jadi, Anda tertarik untuk mencoba kesaktian boneka ini?
Sumber : wikipedia, Blog Aku Ingin Cerita, dan beberapa sumber lain
COMMENTS